Jumat, 27 Juli 2018

Mengupas Dokumen Rahasia AS tentang Penculikan Aktivis 98

    Dokumen rahasia ini tidak lagi “rahasia” pasalnya telah dirilis ke publik oeh lembaga Arsip Keamanan Nasional (NSA), dokumen ini berisi percakapan Kedubes Amerika Serikat dengan pemerintah Indonesia pada saat itu yang membicarakan tentang keadaan dan kejadian pada rentetan tahun 1997 sampai 1998.

Setelah membaca dokumen tersebut sebenarnya sangat menarik untuk dibahas namun saya tidak akan membahas semuanya karena pasti membutuhkan riset dan penulisan yang sangat panjang karena sebenarnya apa yang tertulis pada surat tersebut semua sudah dibahas beberapa tahun yang lalu namun karena ini kata orang tahun politik jadi wajar-wajar saja banyak isu yang beredar di tengah publik tapi sangat disayangkan kebanyakan publik hanya melihat dari luarnya saja jarang ada yang mau mengetahui lebih dalam.

Dibalik fakta Hoax atau bukannya dokumen ini saya hanya akan membahas tentang para aktivis yang diculik/disembunyikan pada tahun 1998 oleh korps pasukan khusus (Kopassus) yang katanya diperintahkan oleh Prabowo Subianto sesuai perintah Presiden Soeharto, untuk lebih jelasnya mari kita kupas.

Foto/dokumen NSA tertanggal 07 Mei 1998

Dalam dokumen diatas disebutkan bahwa fasilitas yang digunakan untuk menahan para aktivis adalah milik Kopassus di Jakarta Selatan dan dibawah komando letjen Prabowo Subianto, namun faktanya dalam badan ABRI Denjen Kopassus tidak dapat memberikan perintah apapun kepada pasukan yang dipimpinnya namun hanya dapat menyiapkan pasukan adapun dalam Protap hanya Pangab lah yang bisa memberikan perintah tersebut yang pada saat itu masih dijabat oleh Wiranto, namun pada dokumen itu dinyatakan bahwa wiranto tidak ingin membuat tim gabungan untuk mencari para aktivis yang hilang tersebut dengan alasan ia akan dirusak secara politik.

Pembahasan berlanjut yang dinyatakan melakukan penculikan tersebut adalah Kopassus group IV alias tim Mawar oleh pengadilan Mahmilti II pada bulan April 1999 yang di komandangi oleh Mayor. Inf. Bambang Kristiono serta wakil komandan tim Mawar Kapt. Inf. Fausani Syahrial (FS) Multhazar. Jadi makin jelas bahwa sama sekali nama prabowo Subianto tidak ada dalam pengadilan ini dikarenakan beliau hanyalah Denjen Kopassus yang tugasnya bertanggung jawab atas kesiapan pasukannya.

Hilangnya para aktivis ini dilaporkan pada bulan Februari 1998, namun perbincangan dengan mahasiswa aktivis ini dicatat pada bulan mei 1998 yang secara substansial hanya berisi pendapat aktivis, berikut foto dokumen tersebut:

Foto/dokumen NSA tertanggal 07 Mei 1998

Pada dokumen diatas mengatakan informasi dari seorang pimpinan mahasiswa yang diberitahukan oleh anggota kopassus (bukan dari group 4) bahwa terjadi konflik internal di antara divisi kopassus yangmana kelompok itu masih dibawah kendali Prabowo. Serta berpendapat bahwa “penculikan berdasarkan perintah Prabowo atas perintah Presiden Soeharto”. Ada sesuatu yang janggal pada percakapan ini, bukankah Kopassus adalah tim elit yang terlatih dalam hal intelligent kenapa bisa dia menceritakan konflik internal kepada seorang pemimpin mahasiswa tersebut. Namun apa dan bagaimana keterlibatan prabowo pada saat itu ? berikutnya dokumen tentang informasi yang diberikan oleh prabowo:

Foto/dokumen NSA tertanggal 07 Mei 1998

Pada dokumen diatas terdapat pernyataan Prabowo tentang Presiden Soeharto yang mengatakan bahwa “president soeharto telah berhasil mengembangkan ekonomi Indonesia, latar belakang beliau adalah seorang prajurit, ia tidak pernah mendapat pelatihan luar serta pendidikan formal (tentang itu) tetapi dia sangat cerdas dan memiliki ingatan yang baik namun presiden tidak selalu memahami kekhawatiran dan tekanan dunia” serta dituliskan menurut pandangan Prabowo akan lebih baik apabila ia (presiden soeharto) mundur pada bulan Maret 1998. Selanjutnya dikatakan juga bahwa militer punya tugas yang sulit untuk mendorong reformasi sambil menahan kekacauan dan ketidak stabilan massa pada saat itu “prabowo menggunakan rahasianya”

Dari dokumen diatas bisa dikatakan bahwa prabowo bukanlah orang yang melarang para aktivis untuk berdemokrasi menurunkan rezim soeharto, namun beliau sendiri yang berpendapat bahwa memang lebih baik pabila Presiden Soeharto (Mertuanya sendiri) turun dari jabatan, untuk membendung kekacauan salah satu cara yaitu mengamankan para pemimpin aksi pada saat itu namun tetap melepaskannya setelah resim diturunkan itu menurut saya dilakukan untuk tetap menjaga para aktivis dengan aman agar tidak berjatuhan banyak korban.

Selanjutnya kemanakah para aktivis yang diculik itu..?
Menurut data dari wikipedia diakses pada 26 Juli 2018 Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak kekerasan (KONTRAS) mencatat ada 23 orang, 1 orang hilang, 9 orang dilepaskan dan 13 lainnya masih tidak diketahui, dari data ini saja dapat di analisa bahwa penculikan dilakukan bukan untuk membunuh atau menyiksa orang semata namun untuk mengamankan para pimpinan aktivis tersebut kemudian melepaskannya pada saat yang tepat, namun 13 yang hilang lainnya juga tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka dibunuh atau diasingkan selama ini namun bisa jadi yang menculik bukan orang yang sama dari penculikan ke 9 orang yang selamat lainnya.

Menurut kesaksian beberapa orang aktivis yang dilepaskan saya baca dari berbagai sumber kisah mereka memiliki banyak kesamaan bahwa mereka di masukkan ke dalam mobil kemudian dibawa ke suatu bangunan kemudian di introgasi tentang tindakan yang dilakukan kemudian dimasukkan ke dalam sel serta diberikan fasilitas yang wajar selain itu ada beberapa yang pulangnya dibelikan tiket pesawat dll. Menurut saya kalau memang ini penculikan untuk menghukum para aktivis tidak mungkin mereka diberikan fasilitas lengkap seperti selimut, kamar lengkap wc, pakaian, makanan dan lain-lain.

Bukti Prabowo tidak terlibat dalam pelanggaran HAM pun dapat dilihat dari beberapa aktivis yang dilepaskan tersebut bergabung di partai yang dibuat Prabowo pada tahun 2008 yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya diantaranya Desmond Junaidi Mahesa, Aan Rusdianto, pius lustrilanang dan haryanto Taslam, logikanya apabila mereka merasa Prabowo adalah dalangnya maka tidak mungkin mereka mau berjuang bersama beliau dalam satu partai.

Selain itu dikutip dari postingan viva.co.id dengan judul “Wawancara Andi Arief : Prabowo Bukan Penculik” (diakses pada 26 Juli 2018) terdapat penyataan dari andi arief yang merupakan seorang aktivis 98 dan juga dilepaskan, dalam suatu wawancara dengan tim VivaNews, Rabu, 25 Juni 2014 mengatakan Dia (Prabowo Subianto) bukan penculik. Dia rangkaian dari 1996 yang mencari kami (seperti) Syarwan Hamid dan lainnya. Akhirnya mereka memutuskan pakai yang terbaik, pakai Kopassus. Jadi kami bukan diculik, tapi ditangkap. Memang yang seharusnya menangkap polisi tetapi saat itu keadaan tidak normal. Saya juga tidak tahu kata penghilangan aktivis itu dari mana.


Kesimpulan yang bisa kita ambil yaitu jangan melihat sesuatu dari luarnya saja, lihatlah kedalam ketika ada isu yang sifatnya musiman sebagai kaum milenial kita sepatunya melakukan pendalaman, bukan mengambil kesimpulan tanpa ada risat dan data yang jelas apalagi hanya melihat judulnya langsung bisa menyimpulkan sesuatu, sekian kupasan saya kali ini Salam damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar